Jumat, 18 November 2016

Pemerolehan Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua pada Anak Usia Dini

A.       Pemerolehan Bahasa Pertama
1.    Pengertian
     Pemerolehan bahasa berasal dari istilah Inggris aquisition yaitu proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural ketika anak belajar bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Proses anak mulai mengenal kominukasi dengan lingkungannya secara verbal.
      Menurut Kiparsky (Tarigan,1986:243) pemerolehan bahasa merupakan proses yang dipergunakan oleh anak – anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit, ataupun teori – teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi dengan ucapan – ucapan orang tuanya sampai dia memilih berdasarkan suatu ukuran atau dari bahasa tersebut.
       Sedangkan bahasa pertama adalah bahasa yang pertama kali diperoleh oleh anak sejak kelahirannya. Anak pada umumnya memperoleh komponen bahasa mereka yang pertama dari pengasuh dan biasanya dari ibunya yang disebut bahasa ibu. Oleh karena itu, bahasa pertama biasa disebut dengan bahasa ibu atau mother tongue. Anak pertama kali memperoleh bahasa tersebut antara masa bayi kurang lebih satu tahun, bermula dari mendengar orang yang mengajak bicara kemudian bayi memperhatikan wajah orang tersebut lalu bayi merespon sesuai dengan kemampuannya.

2.        Tahap – Tahap Pemerolehan Bahasa Pertama
        Seorang anak tidak dengan tiba – tiba memiliki tata bahasa dalam otaknya dan lengkap dengan semua kaidahnya. Bahasa pertama diperolehnya dalam beberapa tahap dan setiap tahap berikutnya lebih mendekati tata bahasa dari bahasa orang dewasa. Adapun tahap – tahap pemerolehan bahasa pertama adalah sebagai berikut :
a.         Tahap Pralinguistik I (Meraban)
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 0 – 6 bulan. Bayi mulai mengeluarkan bunyi – bunyi dalam bentuk teriakan, rengekan. Bunyi yang dikeluarkan mirip dengan bunyi vokal atau konsonan. Kecenderungan bunyi yang dikeluarkan bersifat universal yaitu bunyi yang dikeluarkan bayi sama diseluruh dunia.
b.         Tahap Pralinguistik II
Pada tahap ini usia sekitar 6 – 12 bulan bunyi yang dihasilkan sama tapi kita sudah bisa membedakan maksud anak. Anak sudah menghasilkan konsonan dan vokal.
c.         Tahap Satu Kata
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12 dan 18 bulan. Ujaran – ujaran mengandung kata – kata tunggal yang diucapkan anak mengacu pada benda – benda yang dijumpai sehari – hari. Pada tahap ini anak mulai mengerti bahwa bunyi ujar berkaitan dengan makna dan mulai mengucapkan kata – kata pertama. Kecenderungan anak hanya menguasai satu kata dan umumnya anak mudah mengucapkan vokal.
d.         Tahap Dua Kata
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 18 – 20 bulan. Ujaran – ujaran yang terdiri atas dua kata muncul seperti mama mam dan num susu. Anak mampu mengucapkan kata dengan baik dan tersusun rapi.
e.         Tahap Pengembangan Gramatikal
Pada tahap ini anak mulai menghasilkan ujaran kata ganda. Anak mulai mampu berbicara panjang. Anak juga mulai mampu berbicara terhadap banyak objek. Kosakata anak berkembang dengan pesat mencapai ratusan kata dan cara pengucapan kata – kata semakin mirip dengan orang dewasa. Biasanya anak cenderung banyak bertanya, banyak yang ingin diketahuinya.
3.        Peran Bahasa Pertama
Bahasa pertama mempunyai peranan penting dalam pengembangan bahasa selanjutnya. Hasil penelitian Dulay, Burt, dan Krashen (1982) mengatakan bahwa bahasa pertama merupakan faktor utama dalam proses pemerolehan bahasa kedua. Menurut teori Behavioristik Watson dan Skinner, kebiasaan lama masuk dalam cara belajar kebiasaan baru yang berarti bahasa pertama mempengaruhi bahasa kedua.

B.        Pemerolehan Bahasa Kedua
1.        Pengertian
          Bahasa kedua adalah bahasa yang digunakan anak setelah ia menguasai bahasa pertamanya. Pemerolehan bahasa kedua merupakan proses pemerolehan bahasa yang kompleks dan bertahap, baik yang dialami oleh anak maupun dewasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Elis (1989) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa kedua merupakan proses yang kompleks dan mencakup banyak faktor yang saling berhubungan.

2.        Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Kedua
a.         Faktor Lingkungan Bahasa
Lingkungan bahasa adalah segala sesuatu yang didengar dan dilihat anak dalam belajar bahasa kedua yaitu bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sehari – hari oleh masyarakat disekitar anak.
b.         Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor seseorang yang dapat mempengaruhi anak dalam berbahasa. Faktor tersebut adalah : (1) kepribadian, (2) umur, (3) motivasi.

3.        Peranan Bahasa Kedua
      Peranan bahasa kedua lebih difokuskan pada penguasaan bahasa anak usia dini dalam rangka pengembangan keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, masalah pemerolehan bahasa kedua penting untuk diketahui oleh pendidik anak usia dini sehingga bahasa kedua bisa diperoleh dengan baik oleh anak usia dini.

C.        Teori – Teori Tentang Pemerolehan Bahasa Pertama
1.    Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme menyoroti aspek perilaku kebahasaan yang dapat diamati langsung dan antara hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (respone).  Perilaku bahasa yang efektif adalah memuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi itu dibenarkan. Dengan demikian, anak belajar bahasa pertamanya.
Menurut Skinner, tokoh aliran behaviorisme, perilaku kebahasaan sama dengan perilaku yang lain dikontrol oleh konsekuensinya. Menurut pandangan kaum behavioristik anak yang baru lahir ke dunia ini dianggap kosong dari bahasa atau kosong dari struktur linguistik yang dibawanya. Anak tersebut ibarat tabularasa atau kertas putih yang belum ditulisi, lingkungannyalah yang akan memberi corak dan warna pada kertas itu. Namun pemerolehan seperti ini memerlukan penguatan (reinfocment)

2.    Teori Nativisme
Menurut teori nativisme, bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, binatang tidak mungkin menguasai bahasa manusia. Menurut Chomsky, hal ini didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), setiap bahasa memiliki perkembangan yang sama (merupakan sesuatu yang universal) lingkungan memiliki peran kecil didalam proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Ketiga, lingkungan bahasa anak tidak dapat menyediakan data yang cukup bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa. Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan rumit sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu singkat melalui ‘peniruan’. Nativisme juga percaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah dibekali dengan suatu alat untuk memperoleh bahasa (Language Acquisition Device, disingkat LAD).

3.    Teori Kognitivisme
Menurut teori ini, bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar. Perkembangan bahasa harus berlandaskan pada perubahan yg lebih mendasar dan lebih umum didalam kognisi. Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus dicapai adalah perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk keterampilan berbahasa. Pendekatan kognitivistik yang dipelopori oleh Louis Bloom memandang bahwa pemerolehan bahasa anak-anak harusb dilihat dari fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.

4.    Teori Interaksionisme
Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan bahasa. Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan adanya interaksi antara masukan ‘input’ dan kemampuan internal pembelajar. Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir, namun tanpa adanya masukan yang sesuai tidak mungkin anak dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar